Rabu, 16 Mei 2012

Bukan Galau, Tapi Gundah

Ada sesuatu yang jahat menyelup di pengaduanku. Ada sesuatu yang jahat menyelip di relung jiwaku. Jika aku tak berhenti berlari, mungkin besi-besi berdenting lagi. Betapa jahat pun mereka yang rongrong bumi ini, tapi aku bisa menyatui bila terlalu kental melawani, bahkan menjadi meski kubenci, ya, menjadi apa yang dibenci.. Aku mengantuk. Aku lelah memikirkan seberapa jahat telah mereka berlaku. Aku lelah merasakan apa yang tak semestinya kurasakan.. tapi dalam kantuk itu aku bersiaga seumpama kan datang lain pula, dan aku menunggu dalam lelahku. Katakan padaku hai mentari jingga, berpuluh tahun bercinta kasih, apa yang seorang pria kan lakukan pada dirinya sendiri di titik nadir? mencari dan mengumpulkan segarnya embun kah? atau tak berguna semua itu keluh-kesah, dan semua itu peluh-lelah, yang membimbing membayang dalam gundah? Ada terlalu banyak kejahatan dalam diriku.. tapi di kesungguhan hanya puisi yang membuatku tetap hidup, bertahan, dan bertapa, dalam relung terpencar nadi jiwa. Aku tersenyum, masih. Menangis meraung di ruang diantara ruang. Aku tertawa, masih. Teteskan airmata di sela embun di tengah keyakinan bahwa semua tak berarti. Nanyi sunyi dalam hening, hentakkan gelap sibak cahaya hingga silau dan tetap semua tak berarti kecuali kejahatan-kejahatan itu.. Tibalah aku sang penyesal diri, saat sudah semua baik orang lari, gundah gulana di gelap gulita. Relung isak heningku yang tersamar dari rembulan pucat dan tatap mata serigala kelabu, saat Vebus bersinar sangat cerah, saat hati berselaput gundah, datanglah dan tusukkan ke hatiku. Benamkan dalam-dalam, agar itu mampu merenggutku dari menjadi layu. Hanya Engkau, dan hanya itu.. Satu. (Sedayu, 16 Mei 2012)
Selengkapnya

Minggu, 13 Mei 2012

Dinosaurus Tak Punah 65 Juta Tahun Silam

Sebagian besar orang meyakini bahwa dinosaurus telah musnah dari muka bumi sekitar 65 juta tahun yang lalu. Ilmuwan mengatakan bahwa penyebab kepunahan adalah hujan meteor yang menyebabkan perubahan iklim secara drastis di bumi. Sayangnya, sebenarnya keyakinan ini tidak didukung oleh bukti-bukti fisik atau sangat minim adanya. sampai hari ini penyebab kepunahan dinosaurus (jika memang telah punah) masih menjadi perdebatan. sebaliknya, hingga kini para ilmuwan tidak mampu menjelaskan kenapa banyak makhluk yang sudah ada sejak dahulu, bahkan ditemukan fosilnya, tapi masih hidup (tidak ikut punah) sampai sekarang. misalnya saja buaya, ikan hiu purba, serangga purba dan lainnya. Biasanya, pembahasan tentang materi seperti ini akan dianggap sebagai science-fiction, kebohongan, mainan anak-anak, dan tidak ilmiah. Ini terjadi karena sejak awal manusia memiliki dugaan atau keyakinan dasar. Jika dasarnya ia yakin dinosaurus itu tidak ada, maka apapun yang dikatakan orang lain tentang keberadaan dinosaurus akan ditolaknya. Hanya sebagian orang yang mau berpikiran terbuka dan mencoba mendengarkan rasionalisasi sebelum akhirnya mengambil keputusan. Kalau begitu, mari kita coba bahas. Pertama, perlu kita ketahui bahwa kata "dinosauria" (kadal yang mengerikan) pertama kali muncul pada sebuah pertemuan para ilmuwan pada tahun 1841. Diungkapkan oleh seorang paleontolog Inggris Sir Richard Owen untuk mendeskripsikan fosil binatang besar yang baru-baru itu ditemukan sekitar kurun 1800-an. sejak itu, kata dinosaurus menjadi sangat populer. Hal ini perlu kita ingat karena berhubungan dengan penjelasan di naskah ini berikutnya. Tapi yang menarik adalah, selain baru muncul pada 1841, kata dinosaur bahkan belum ada pada kamus Bahasa Inggris hingga tahun 1946. Sampai pada tahun itu, kata yang masih ada dalam kamus untuk mendeskripsikan reptil besar itu adalah "dragon" dengan keterangan "now rare" (sekarang jarang, bukan berarti tak ada). Jadi, untuk melacak jejak dinosaurus ke masa silam, kita menggunakan keyword dalam catatan sejarah berupa kata 'dragon'. Ada banyak sebutan untuk naga di berbagai belahan dunia, berbagai kultur dan bahasa etnik. misalnya: Naga (Indonesia), Long (China), Ryu (Jepang), Bakunawa (Filipina), dll. Untuk pengucapan nama ini lebih jelasnya silakan kunjungi http://www.draconian.com/say/say.htm. Banyaknya penyebutan naga di berbagai tempat menunjukkan bahwa kehadiran makhluk itu disaksikan oleh banyak etnis di banyak tempat. Jadi tidak hanya merupakan mitos dari satu peradaban atau budaya saja. Banyak wujud dari naga itu berkembang dari sekedar catatan sejarah menjadi mitos atau legenda seperti legenda Beowulf atau monster Lochness. CATATAN SEJARAH Dalam buku Historia Animalium dari abad pertengahan, dituliskan bahwa makhluk naga tidaklah punah alias masih dianggap ada di tahun 1500-an, tapi hanya menjadi sangat jarang dan banyak yang kemudian berukuran kecil. Pada tahun 1572, Ulysses Androvandus, seorang ilmuwan, melaporkan bahwa di Italia Utara seorang petani telah membunuh seekor makhluk aneh. Setelah mati, bangkainya diperiksa dan dilaporkan bahwa ciri-cirinya adalah berleher panjang, berekor panjang, dan bertubuh pipih dengan empat kaki. Jika kita cocokkan dengan catatan fosil modern, ciri-ciri itu merujuk pada Tanystropheus.
Dalam legenda epik Gilgamesh dari Babylonia pun dicatat bahwa ketika Gilgamesh hendak mencari kayu Cedar untuk membangun kota, ia pergi ke hutan bersama 40 orang. Di sana mereka bertemu reptil besar pemakan tumbuhan. Singkatnya, binatang itu dibunuh dan kepalanya dibawa pulang sebagai trofi kebanggaan. Ada ribuan kisah tentang naga di China. Cerita itu juga disertai dengan gambaran maupun karya patung yang berbentuk naga. Tercatat di ilmu pengobatan Tiongkok kuno, bagian tubuh dan darah naga juga sering digunakan untuk membuat obat. 1611, Kaisar mengeluarkan lowongan kerja untuk menjadi perawat naga di istana. Di Irlandia tahun 900, pasukan irlandia melaporkan telah bertemu dan diserang makhluk besar dengan duri-duri tajam di ekornya. Kepalanya seperti kepala kuda, kakinya besar dan cakar depannya tajam. Detail yang disampaikan sepertinya cocok dengan ciri-ciri centrosaurus atau stegosaurus. Herodotus, ahli sejarah dari Yunani mencatat telah melihat reptil terbang di Mesir, badannya seperti ular, sayapnya seperti kelelawar. Terlebih, Herodotus diajak melihat-lihat bahwa hewan itu punya banyak macam warna dan ukuran, dan seringkali tinggal berkelompok. Detailnya mengingatkan ilmuwan pada rhamporhincus, pterosaurus, atau pterodactyl. Di Mesir, kata Herodotus, ketika para pekerja disuruh untuk mengambil buah-buahan tertentu dari pohon, mereka membuat asap untuk mengusir hewan-hewan terbang itu agar tak mengganggu di atas pohon. Buku berjudul Natural History ditulis oleh Pliny tahun 70 Masehi, dicatat bahwa "Afrika memiliki gajah, tapi India punya yang terbesar yaitu naga. ini sama seperti catatan Alexander Agung (326 tahun SM) saat menginvasi India, yang mengatakan bahwa pasukannya sempat bertemu reptil buas (berkaki, jadi bukan ular)yang muncul dari goa di dalam hutan. Marco Polo, mencatat bahwa dalam kunjungannya ke China, dia menyaksikan bahwa Kaisar memiliki naga yang menarik keretanya. Lebih lanjut, catatannya dalam bukunya menulis tentang naga di China, "Here are seen huge serpent, ten paces in length and ten spans in girth of the body. At the fore part, near the head, they have to short legs,having three claws like those of a tiger,with eyes larger than a forepenny loaf, and very glaring. The jaws are wide enough to swallow a man,the teeth are large and sharp,and their whole appeareance are so formidable that neither man, nor any kind of animal, can approach them without terror. Others are met with of a smaller size, being eight, six, or five paces long.." (The Travel of Marco polo, Book 2, Chapter 40). Coba lihat ciri-cirinya, punya dua lengan kecil di depan... kita-kira mirip Tyrannosaurus kah? Masih banyak yang belum saya sampaikan di sini. Tapi kira-kira itu dulu soal catatan sejarah.
BUKTI FISIK Kebanyakan bukti fisik diklaim sebagai palsu atau rekayasa. Tapi kita cukup ingat bahwa kata dinosauria baru muncul tahun 1841. Artinya, segala sesuatu berhubungan dengan dinosaurus setelah masa itu adalah sangat mungkin rekayasa karena dinosaurus adalah sesuatu yang spektakuler dan populer. Tapi bagaimana dengan yang ada sebelum tahun 1841? atau berabad-abad sebelumnya? Di Acambaro, Mexico, ditemukan ribuan boneka tanah liat dengan bentuk-bentuk menyerupai naga. Berdasarkan cek radiokarbon, usia dari patung tanah liat itu sekitar 4500an tahun, jadi bukan buatan baru, bukan rekayasa. Pada kuil-kuil Aztec kuno yang ditemukan penjelajah Spanyol pada abad ke-16 pun banyak memiliki bentuk-bentuk patung yang mirip dengan berbagai jenis dinosaurus seperti Ceratosaurus atau Tyrannosaurus. Pada sebuah kuil kuno di Kamboja, yang diperkirakan dibangun pada abad ke-12 (tahun 1106 Masehi) mempunyai dinding dengan relief seperti bentuk stegosaurus. Karya seni Suku Dayak Kalimantan di awal tahun 1800, terdapat bentuk-bentuk binatang seperti naga yang berdiri dengan dua kaki.
Banyak karya seni atau hasil budaya masa lampau yang menunjukkan bentuk-bentuk seperti dinosaurus. Ada juga lukisan yang menunjukkan manusia berperang atau memburu binatang besar yang kita tidak kenal saat ini. Di jaman modern pun sebenarnya banyak yang menjadi saksi atas kemunculan makhluk misterius seperti Mokele Mbembe, Ogopoo, atau monster Lochness. Tapi karena sulit dibuktikan, maka banyak yang menganggap itu palsu, rekayasa, atau sekedar cari perhatian saja. Kesaksian, catatan ilmuwan, ataupun bukti-bukti fisik itu anehnya tetap tidak membuat ilmuwan secara umum mau mempercayai bahwa dinosaurus pernah hidup berdampingan dengan manusia. Sangat mungkin bahwa alasan kenapa dinosaurus atau para naga itu makin lama makin jarang adalah karena juga diburu oleh manusia. Kenapa? sederhananya, ada tiga alasan yaitu, pertama, mereka menakutkan dan dianggap ancaman bagi manusia. Kedua, mereka diburu untuk dimakan seperti binatang lainnya. Ketiga, membunuh naga adalah sebuah prestasi besar bagi seseorang. Jadi setiap ksatria mungkin akan berlomba untuk membunuh naga agar dianggap hebat dan kuat, meskipun mungkin yang dibunuhnya adalah herbivora. Untuk catatan sejarah, kolega saya memberitahukan sesuatu yang tersebutkan dalam buku sejarah yang menurutnya paling akurat, yaitu Alkitab (Injil). Injil telah banyak menyebutkan kejadian, tempat, maupun nama orang secara tepat dalam sejarah. Misalnya, Cyrus The Great raja Persia, yang baru-baru ini makamnya ditemukan di Iran. Sebelum makam itu ditemukan, nama Cyrus hanya ada di Injil. Tapi akhirnya benar terungkap, bukan hanya dongeng. Demikian juga dengan beberapa nama lain seperti Nebuchadnezzar, Raja Sargon II, dll. Nah, untuk para reptil besar, Injil menyebutnya dalam banyak nama antara lain dragon, Cockatrice, Leviathan, dan Behemoth. Beberapa ayat tentang reptil itu juga ada. Tapi yang paling mengesankan saya adalah tentang Behemoth. Begini kutipannya: Job 40:15 Behold now behemoth, which I made with thee; he eateth grass as an ox. 16 Lo now, his strength is in his loins, and his force is in the navel of his belly. 17 He moveth his tail like a cedar: the sinews of his stones are wrapped together. 18 His bones are as strong pieces of brass; his bones are like bars of iron. 19 He is the chief of the ways of God: he that made him can make his sword to approach unto him. 20 Surely the mountains bring him forth food, where all the beasts of the field play. 21 He lieth under the shady trees, in the covert of the reed, and fens. 22 The shady trees cover him with their shadow; the willows of the brook compass him about. 23 Behold, he drinketh up a river, and hasteth not: he trusteth that he can draw up Jordan into his mouth. 24 He taketh it with his eyes: his nose pierceth through snares. Coba perhatikan, dijelaskan behemoth makan rumput seperti lembu (herbicora). His force is in the navel of his belly, banyak yang menerjemahkan ini sebagai dia punya perut yang besar. Gajah dan kudanil punya perut besar, tapi di ayat berikutnya, dia menggerakkan ekornya seperti (pohon) cedar. Apakah ekor gajah dan kudanil segede pohon cedar? tentu tidak. dari penjelasan di situ, yang paling masuk akal adalah makhluk sauropod serupa diplodocus atau Mamenchisaurus, yang perutnya besar dan ekornya panjang dan besar seperti pohon cedar.
Lebih jelasnya silakan akses link di bawah ini: http://creationrevolution.com/2011/12/behemoth-a-tail-like-a-cedar/ http://www.creationists.org/dinosaurs-humans-coexisted-behemoth.html Jadi kesimpulannya, kita harus meng update buku sejarah dan pengetahuan kita. Kemungkinan dalam banjir besar zaman Nabi Nuh, dinosaurus pun sempat dibawa ke dalam bahtera, namun hanya yang berukuran kecil. Sebab bayi dinosaurus makannya sedikit, tak butuh tempat banyak, banyak tidur (enggak rewel), dan umurnya masih panjang selepas banjir berlalu (gak cepet mati). Kemudian setelah banjir berlalu, Nabi Nuh pun melepaskan para dino ke alam liar hingga berbiak. Apa itu mungkin? Mungkin saja, sebab letusan krakatau terhebat pun tidak membunuh seluruh makhluk. Komet mungkin menyebabkan bencana global, namun makhluk hidup tidak selemah itu. Lagi pula, situs penggalian fosil banyak menunjukkan bahwa fosil binatang (darat) terkubur di lumpur bersama fosil ikan purba. Bagaimana ceritanya binatang darat terkubur lumpur hingga membatu kalau bukan karena banjir? Biasanya kalau binatang darat mati di darat, bangkainya takkan utuh karena ada pemakan bangkai atau rusak karena cuaca. Mari berpikir, dan mengupdate buku sejarah kita. Salam Kampanye!
Selengkapnya

Selasa, 01 Mei 2012

Nina Kenapa Kau Pergi?

Lima anak itu telah mencerahkan hari-hariku sejak Oktober 2011 lalu. Aku sangat menikmati dan bersyukur atas semua kegiatan yang kami lakukan bersama. Kami belajar, bernyanyi, bermain, dan bercanda satu sama lain. Pekerjaanku sebagai guru les privat membuatku bertemu dengan banyak anak-anak. Aku mengajar mereka di sekolah maupun di rumah. Tapi tak ada yang semanis di tempat itu. Lima anak-anakku, mereka berbeda-beda, namun menghadirkan suasana yang menyenangkan buat semua. Ryan yang terkecil, dia baru kelas satu di sebuah SD Kanisius. Dia sering berselisih paham atau berterngkar dengan Fiyya, yang juga kelas satu di sebuah SD Islam Terpadu (SDIT). Ryan memang anak yang aktif, seringkali caper, dan kadang usil terhadap teman-temannya yang perempuan. Dialah satu-satunya murid laki-laki di kelompok itu. Kadang ia tiba-tiba memulai omongan tentang sesuatu yang ia sukai, sesuatu yang diluar konteks materi yang sedang kami bahas, berusaha mengambil alih kendali kelas atau perhatian semuanya. Kadang ia juga mengusili teman-temannya dengan main jambak rambut, memeluk tiba-tiba, atau mengagetkan dari belakang. Semua menanggapinya seperti layaknya anak-anak, dan tidak ada yang mendendam, hanya kesal sementara. Ketika Ryan mengalihkan perhatian kelas pun aku selalu bisa menerimanya dengan sabar. Meskipun aku pernah juga marah karena pada saat ulangan (tes) dia berulangkali menawar agar soalnya dipermudah, atau meminta jawaban langsung. Dia suka dengan balapan Moto GP, jalan-jalan/pelesiran, dan sepak bola. Sering juga kalau dia agak kesal dengan ejekan teman-temannya tentang kemampuannya, dia berseloroh bahwa nanti dia akan masuk ke sekolah sepak bola (SSB) saja, biar di sana tidak ada pelajaran Bahasa Inggris. Tapi dia adalah anak yang cerdas dan daya ingatnya baik. Aku belajar konsistensi dengannya. Kalau ada perilaku atau ucapanku yang kurang konsisten, dia pasti akan mengingatkanku. Dia juga cepat tanggap, cepat memahami dan menghafal kosakata. Hanya saja, kemampuan menulisnya terburuk diantara empat yang lain. Ryan selalu paling lambat dalam hal menulis, selesainya paling akhir. Yang selalu berseteru dengan Ryan, adalah Luthfiyya. Anak SDIT itu sama-sama kerasnya dengan Ryan terutama dalam hal keyakinan. Aku sering mendamaikan mereka gara-gara bertengkar soal agama. Ryan yang penganut Katolik, rupanya sama fanatiknya dengan Fiyya yang muslimah. Setiap kali itu terjadi, aku cuma bilang, “sudah..sudah!! ini pelajaran Bahasa Inggris, bukan agama!”. Fiyya adalah anak yang lembut perasaannya. Dia gampang tersinggung, dan suka ngambek. Tapi dia bisa dengan mudah diobati dan tidak pendendam. Pada dasarnya dia adalah anak yang ceria dan penuh semangat. Sifat moody yang sering berubah-ubah kadang membuatku harus ekstra perhatian pada apa yang sedang menjadi minatnya. Karena kalau dia sedang kurang berminat, pelajaran akan dia abaikan. Untungnya anggota yang lain, yang juga lebih tua, selalu mau mengikuti dan menyesuaikan pelajaran sehingga bisa berjalan dengan baik. Fiyya rupanya sangat terpengaruh dengan penilaian. Ia paling sering meminta hasil pekerjaannya atau aktifitas apapun diberi nilai. Ia juga yang pertama-tama selalu mempertanyakan ranking setiap kami mengadakan ulangan periodik. Oleh karena itu juga, sifat kompetitifnya tinggi, tapi jeleknya berkenaan dengan nilai itu ia juga sering minder dan takut kalau salah menjawab. Kalau tes, misal ada soal yang ia tak tahu, ia bersikeras untuk bisa menjawab sehingga akhirnya bingung dan kalut sendiri. Tapi nggak nangis kok…
Dua bintang kecilku, adalah Muna dan Fara. Mereka selevel diatas Fiyya, lebih dewasa, lebih cepat tanggap, dan mampu mengasuh adik-adiknya itu meskipun dalam keseharian mereka tak jauh berbeda. Pada saatnya istirahat mereka biasanya bermain ‘Roro Jonggrang jadi patung’, atau main injak kaki (aku tak tahu apa nama permainannya). Kulihat dalam hal bermain mereka masihlah anak-anak, tak ubahnya seperti Ryan dan Fiyya. Bersama dengan Nina, yang tertua di kelompok itu, mereka semua bermain dengan ceria. Dalam pelajaran pun, mereka berdua adalah yang paling semangat. Muna adalah pribadi yang penuh rasa ingin tahu. Ia selalu tertarik untuk mencoba dan tidak takut salah. Ia juga cepat menguasai materi karena ia paling ekspresif, meskipun kadang menolak giliran, siapa dulu yang harus maju atau mengerjakan. Tapi pada dasarnya ia adalah anak yang menikmati pelajaran, sekaligus mampu menjaga keceriaannya dengan bermain. Ia sangat jarang, bahkan mungkin tak pernah membuat masalah. Muna selalu bersaing dengan Fara sebagai teman akrab. Biasanya nilai tertinggi dipegang oleh Fara, tetapi mereka berdua saling mengimbangi dengan detail karakteristik nilai masing-masing. Fara, si bintang kelas yang rumahnya paling jauh dibandingkan keempat lainnya yang bertetangga, adalah anak yang cerdas. Usianya juga lebih dewasa dari Ryan dan Fiyya, serta temannya Muna yang sebenarnya tidak satu sekolah, membuatnya lebih pandai menangkap pelajaran. Ia memang menyukai pelajaran ini dan menyukai kelas. Bahkan di suatu kesempatan ia berkata pada ibunya yang sedang menjemputnya, “Bu, doain ya moga-moga minggu depan aku kepilih jadi ketua kelas..”. Setiap bulan aku menerapkan system rotasi ketua kelas di kelompok belajar itu. Anak-anak pun bersemangat dan saling bersaing, kecuali satu bintangku yang hilang, Nina. Nina itu pendiam. Suaranya lirih, pemalu, dan selalu menolak untuk mendapat giliran pertama. Untuk menjadi ketua kelas pun, ia selalu menyerahkan pada anak lain yang lebih berambisi seperti Ryan atau Fiyya. Meskipun, dia tak kehilangan keceriaanya dalam bermain bersama. Hanya saja, Nina sekarang sudah tidak ikut les lagi, tidak mau belajar dalam kelompok lagi. Nina adalah yang tertua, kelas empat SD. Tapi dalam pandanganku, sepertinya ia terlalu dewasa atau bahasa Jawanya “temuwo”. Sifat tertutup dan pemalunya membuat ia selalu nampak lebih dewasa, bahkan dari anak-anak seusianya. Menurut anak-anak yang lain, ia kadang memarahi mereka ketika bermain, memelototi atau menampakkan muka tak senang dalam keadaan tertentu. Anak-anak mulanya tidak terlalu menggubris itu semua. Tapi setelah kini dia pergi, pembicaraan itu mulai menghangat. Ada apa sebenarnya dengan Nina, kenapa ia tiba-tiba memutuskan untuk tidak mau les lagi? Orangtuanya sudah membujuknya, hasilnya nihil. Tetangga dan orangtua dari teman-teman lesnya juga menengoknya, mengajaknya bicara baik-baik dan penuh kasih sayang, tapi katanya ia justru menangis. Ketika itu Bu Mujiyati, salah satu orangtua murid yang juga tetangganya menanyakan apakah jika kurang nyaman, bagaimana kalau belajarnya dipindah ke rumah Nina saja. Tapi si anak malah menangis dan masuk ke kamar. Apa yang terjadi? Ada banyak yang berseliweran di pikiranku, mulai dari yang masuk akal hingga yang tidak. Aku mulai mengingat-ingat kembali kenapa dan apa saja yang terjadi selama kami belajar bersama. Sifat pemalunya memang kadang nampak sebagai sesuatu yang lain, sesuatu yang tidak jujur, sesuatu yang menyimpan rahasia. Beberapa orang (tua dan anak) menduga ia merasa kurang nyaman karena dia paling tua sendiri di kelompok itu. Atau karena dia sendiri yang kurang ekspresif padahal lainnya ekspresif, dan bahkan gaduh. Tapi ada beberapa hal yang memang menarik dari kejadian di sana. Awal mulana begini, seperti biasa, aku memberikan PR pada setiap anak. PR memang tidak setiap hari kuberikan, kadang ada kadang tidak. Sebab mereka juga punya banyak PR sendiri dari sekolah masing-masing. Lagian dengan PR itu aku dapat menarik-ulur suasana agar tidak monoton. Suatu ketika aku memberikan sebuah PR yang sama untuk semuanya, dan pada hari berikutnya kami bertemu, ternyata Nina lupa mengerjakan. Aku tidak menghukumnya, hanya kemudian memberi PR lagi bersama dengan yang lain. Karena itulah PR untuk Nina menjadi dobel. Aku memintanya untuk “membayar” hutangnya minggu depan, itu cukup mudah dan waktunya masih seminggu, kataku. Meskipun sebenarnya kali itu sedikit berbeda, setelah ulangan periodik sebelumnya, aku menganalisa kelemahan dari masing-masing siswa dan kemudian PR yang kuberikan menjadi berbeda pada tiap anak. Semua menerima, hingga pada hari kami bertemu lagi, mereka semua siap menunjukkan hasil belajarnya di rumah. Nina tidak kelihatan. Teman-temannya bercerita bahwa ia mengaku lupa mengerjakan PR itu sehingga kalut, bingung, dan akhirnya lebih baik tidak berangkat. Aku pun berpesan pada anak lainnya, katakana pada Nina kalau dia tidak akan dihukum. Bagiku, yang penting waktu itu adalah dia berangkat agar siapa tahu kalau memang dia ada kelemahan atau kesulitan, aku justru membantunya mengerjakan “hutangnya”. Sebuah proses belajar yang cukup moderat menurutku. Tapi yang terjadi, Nina tetap tidak mau berangkat pada kesempatan berikutnya. Konon ia menangis setiap kali diingatkan masalah les. Luthfiyya, tetangganya bercerita padaku bahwa ketika dia menjenguk Nina ia justru mendapat perkataan yang kurang enak. Dia mengajak, “Mbak Nina, ayo les lagi biar pinter..” tapi justru Nina berteriak dari dalam rumah, “Kamu itu yang bodoh..!”. Fiyya kaget, dan melaporkan itu pada orangtua dan teman-temannya, dan juga padaku. Dari info-info sepihak itu aku berfikir, apakah pelajaranku terlalu sulit buat Nina? Mungkin, jika aku menyuruh anak-anak speaking atau sekedar mengucapkan kata-kata. Nina selalu lirih dan malu-malu dalam berbicara. Ia cenderung berlingsut di pojok dan sebisa mungkin hanya menulis atau mendengarkan, tidak maju, tidak bicara, tidak menyanyi. Ataukah, justru pelajaran yang kuberikan terlalu remeh buatnya? Padahal hasil tes nya menunjukkan ia juga tidak begitu menguasai materi. Jika diranking ia cuma dapat posisi ke tiga setelah Fara dan Muna yang padahal se kelas di bawahnya. Ataukah ia menganggap semua itu konyol dan kekanak-kanakan? Menyanyi, menari (bergerak), dan membaca keras-keras adalah aktivitas khas pelajaran Bahasa Inggris untuk anak-anak. Jika ia menganggap bahwa itu konyol dan kekanak-kanakan bukankah berarti ia telah berpikir lebih dewasa? Apakah ia telah puber lebih cepat di usianya yang baru kelas empat SD? I simply don’t understand or neither recognizes my faults. Did I do something wrong or did I say something bad to her? Mungkin sehubungan dengan materi yang kuberikan yaitu 5W+H yang terakhir adalah kata ‘Why’ yang mestinya ada. Why? Kenapa dia begitu? Apakah dia tersinggung? Apakah dia benci seperti dugaaan Muna dan Fiyya yang mengaku sering dipelototi, atau Ryan yang sering dimarahi pada saat bermain? Info lain, menurut teman-temannya pula, sebelumnya Nina juga ikut les dengan seseorang yang lain. Tapi les itu tidak menyenangkan karena selalu memberi PR, banyak PRnya. Apakah Nina begitu membenci les, karena merenggut waktunya untuk bermain? Sehubungan dengan pendidikan, aku ingat anekdot yang cukup lucu. “Esuk sekolah, sore les, bengi sinau. Kapan dolane?”. Ya, benar. Kalau pagi sekolah, sore les, dan malam belajar di rumah, terus kapan waktunya untuk bermain? Itu memang masalah anak jaman sekarang. Seolah banyak sekali ilmu yang harus mereka kejar. Sampai-sampai waktu bermain mereka terampas. Mungkin permasalahan Nina adalah masalah terpendam, tentang kepenatannya dalam sekolah dan belajar, atau sehubungan dengan orangtua atau lingkungan lainnya yang membuatnya jenuh. Mungkin juga secara personal ia punya masalah psikis yang mempengaruhi gaya belajar dan sekaligus minat belajarnya, seperti yang kutemui pada anak-anak guru di sebuah sekolah dulu, sebelum aku bertemu dengan Nina cs. Meskipun, entah kenapa sepertinya aku masih punya dugaan kuat tentang kedewasaan Nina yang terlalu awal, sehingga periode storm & stress sudah mulai dia rasakan. Aku tetap tak tahu, dan kami pun tetap melanjutkan proses belajar kami yang masih menyenangkan, tanpanya.
Selengkapnya

Entri Populer