Rabu, 24 Desember 2014

MASAK, MACAK, MANAK, KESEMPURNAAN WANITA MENURUT KHASANAH JAWA



 Jika dalam pewayangan dikenal Arjuna sebagai sosok pria sempurna, maka dikenal pula sosok Srikandi sebagai wanita idealnya. Ada pula sosok Rama dan Shinta, nah di sini kita akan membahas substansi dasar dari penokohan karakter-karakter ideal itu.

Kesempurnaan wanita digambarkan dengan memiliki tiga kemampuan atau kebisaan yang dalam ilmu Jawa disebut Masak, Macak, Manak. Berikut penjelasannya:

1.       Masak
Bukan semata-mata bisa mengolah makanan atau memasak, seorang wanita haruslah kreatif dan produktif. Ia bisa memberikan apa yang dibutuhkan suaminya atau keluarganya, khususnya secara mental. Ia harus punya kemampuan managerial (pengelolaan sumber daya) yang bagus. Dengan demikian seorang wanita bisa mengolah apapun yang sederhana menjadi bernilai dan bercita-rasa. Selain itu, memasak adalah skill, jadi wanita harus punya keahlian, dan khususnya keahlian yang mampu memberikan kebahagiaan atau kebaikan bagi suami dan anak-anaknya.

2.       Macak
Secara harfiah macak berarti berdandan. Artinya, seorang wanita haruslah bisa merawat dan memelihara dirinya sendiri. Wanita harus memelihara dan menjaga diri, baik harga diri, kehormatannya sendiri, maupun kehormatan keluarganya. Berdandan juga dapat diartikan bahwa wanita harus bisa membuat dirinya dihormati, dikagumi, disayangi, dicintai, bahkan diinginkan oleh setiap orang, khususnya suaminya/keluarganya. Wanita harus nampak indah dan menyenangkan (good-looking), menampilkan dirinya sebagai suatu keanggunan dan keindahan.

3.       Manak
Kodrat seorang wanita adalah mengandung dan melahirkan anak-anak sebagai penerus/ keturunannya. Arti dari sandi manak ialah seorang wanita harus bisa menjalankan fungsi reproduksi secara total, mulai dari fungsi seksual bersama suaminya, mengandung dan melahirkan anak-anaknya, hingga merawat dan mendidik keturunannya. Wanita adalah pendidik utama bagi anak-anak. Boleh dibilang bahwa kemuliaan wanita adalah karena merekalah yang melahirkan orang-orang hebat. Perlu dipahami bahwa proses pendidikan generasi dimulai sejak wanita itu siap untuk ‘membenihkan’ keturunannya, yaitu sejak pra-nikah, bukan hanya pasca kelahiran anaknya. Ini hal yang jarang diketahui orang banyak. Sebab perilaku seorang dipengaruhi perilaku ibunya sejak sebelum nikah, bahkan. Jika wanita itu baik-baik maka niscaya akan melahirkan keturunan baik-baik. Menurut legenda-legenda pula, wanita menjadi perebutan para ksatria karena wanita tertentu diyakini mampu melahirkan keturunan yang hebat dan punya kekuasaan, seperti Ken Arok yang membunuh Tunggul Ametung hanya untuk mendapatkan Ken Dedes, karena meyakini bahwa dari rahim Ken Dedes akan lahir para raja penguasa Tanah Jawa. Agama Islam pula menyiratkan bahwa dalam masa kehamilan, seorang wanita harus memperbanyak berdzikir dan membaca ayat-ayat Allah, agar anak yang dikandungnya bercahaya Ilahi dan dekat dengan Allah SWT. Hanya dari perempuan yang menjaga diri, menjaga kehormatan dan kesuciannya, akan lahir keturunan yang disucikan dan dilindungi Tuhan serta menjadi manusia berbudi luhur. Wanita baik akan dipasangkan dengan lelaki yang baik. 

Ajaran Jawa ini bermaksud untuk memberikan arahan dalam menempa diri. Sebab Ajaran Jawa bersumber pada satu istilah yaitu ‘laku becik’. Laku artinya perjalanan, atau harus dijalani, dilaksanakan sebagai cara hidup, seumur hidup. Jadi tidak peduli awal mula manusianya bagaimana asalkan dia mau menempuh laku maka akan terjadi perubahan yang positif. Ibaratnya jalan, bila tidak ditempuh (tidak dilewati) maka takkan pernah sampai tujuan. Tapi meskipun berliku dan panjang, bila ditempuh pastilah akan sampai. Sekian.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer